UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN PAI
MATERI ETOS KERJA MELALUI METODE HYPNOTEACHING
Oleh:
Eliyanti Fauziah1 dan Fitri Hilmiyati2
Abstraksi
Guru PAI sebagai seorang pendidik profesional harus terus
berupaya keras agar pembelajaran dikelas dapat berjalan dengan aktif. Guru dalam setiap pembelajaranya dituntut
untuk selalu menggunakan berbagai metode, strategi, dan pendekatan yang
diharapkan dapat memudahkan siswa dalam memahami materi yang sedang diajarkan.
Salah satu metode yang bisa dipakai oleh guru adalah metode Hypnoteaching.
Hypnoteaching merupakan sebuah pendekatan pembelajaran yang mengkondisikan
siswa agar masuk ke dalam pikiran alfa, Sehingga setiap informasi yang
diberikan, bisa dengan mudah masuk ke dalam memori jangka panjang mereka, tanpa
adanya distorsi dari pikiran-pikiran lain yang membebaninya.
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah : Untuk
mengetahui hasil belajar siswa pada Materi Etos Kerja di Kelas XII IPA-1 SMA
Negeri 02 Kota Serang dengan penerapan/penggunaan metode Hypnoteaching. Dalam
penelitian ini penulis menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau
Classroom Action Research (CAR). Penelitian Tindakan Kelas ini didefinisikan
sebagai suatu penelitian tindakan
(action research) yang dilakukan oleh guru yang sekaligus sebagai
peneliti di kelasnya bersama-sama dengan orang lain (kolaborasi) dengan jalan
merancang, melaksanakan dan mereflesikan tindakan secara kolaboratif dan
partisifatif.
Kesimpulan yang diperoleh dari
penelitian ini adalah: berdasarkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran PAI
materi etos kerja dengan ketuntasan hasil belajar siswa pada pelaksanaan
evaluasi siklus I dengan nilai rata-rata sebesar (76,25) dan tahap evaluasi siklus II dengan nilai
rata-rata sebesar (89,81) Dengan demikian proses pembelajaran selama
menggunakan metode Hypnoteaching dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
Kata Kunci : Metode Hypnoteaching, Etos Kerja, Hasil Belajar Siswa
Pendahuluan
Hasil belajar yang biasanya sering diartikan dengan prestasi
belajar adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dihasilkan oleh
siswa setelah proses pembelajaran berlangsung. Wujud prestasi yang dihasilkan
bisa bersifat kognitif, afektif dan psikomotorik. Hasil belajar ini dapat
didapatkan dari hasil evaluasi atau test. Bentuk evaluasi terdiri dari formatif,
sumatif, selektif, dan diagnosis.
Pada nilai
kognitif hasil belajar siswa di kelas XII IPA-1 SMA Negeri 02 kota Serang,
menyatakan bahwa pelajaran Pendidikan Agama Islam pokok bahasan yang dianggap
sulit untuk dipahami secara lebih baik oleh siswa adalah materi etos kerja.
Berdasarkan
hasil observasi dan wawancara peneliti pada tanggal 27 Agustus 2012 di SMA
Negeri 02 Kota Serang peneliti memperoleh informasi bahwa masih ada siswa yang
merasa kesulitan dalam memahami pokok bahasan etos kerja. Hal ini dikarenakan
penyampaian materi yang hanya berkutat pada pembahasan hukum tajwid dan
menafsirkan ayat-ayat yang berkaitan tentang etos kerja, tanpa mengulas lebih
jauh maksud dan kandungan etos kerja yang dianjurkan dalam ajaran Islam serta
cara mengajar guru yang menggunakan metode ceramah artinya semua masih berpusat
pada guru atau guru kurang melibatkan siswa dalam proses pembelajaran, sudah
dapat dipastikan kurang adanya tanya jawab yang berarti dalam proses
pembelajaran.
Dengan
demikian, karena dua hal inilah masih ada siswa yang hasil belajarnya kurang
dari rata-rata angka Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) yang ditentukan pada
mata pelajaran PAI yaitu 78. Oleh karena itu, dengan adanya penerapan metode hypnoteaching
peneliti berharap akan adanya peningkatan pada hasil belajar siswa yaitu sampai
atau bahkan diatas nilai rata-rata KKM yang telah ditentukan pada mata
pelajaran PAI ini.3 Berdasarkan permasalahan tersebut diketahui
bahwa:
1. Penyampaian pokok bahasan etos kerja
dengan metode ceramah berpusat pada guru atau guru kurang melibatkan siswa
dalam proses pembelajaran.
2. Rendahnya hasil belajar siswa pada
pokok bahasan etos kerja.
Metode Hypnoteaching
Hypnoteaching
berasal dari dua kata, yaitu hypno dan teaching. Elvin Saputra
dalam kamus lengkap 99 miliar Inggris-Indonesia menulis kata hypnotic dimaknakan
sebagai hal yang menyebabkan tidur, dan hipnotis berarati ahli hypnosis,
sementara teaching bermakna mengajar. Dengan pengertian ini, hypnoteaching
berarti mengajar yang menyebabkan tidur.4 Bila pengertian ini
dipakai maka hypnoteaaching dianggap tidak berguna dalam mendukung
proses belajar-mengajar. Oleh karena itu ditentang oleh pendapat dari Heriyanto
Nurcahyo yang mengemukakan bahwa hypnoteaching adalah seni berkomunikasi
dengan jalan memberikan sugesti agar para siswa menjadi lebih cerdas.5
Dengan sugesti yang diberikan diharapkan suyet atau siswa dapat
tersadarkan bahwa sesungguhnya ada potensi yang luar biasa di dalam diri mereka
yang belum mereka optimalkan dalam pembelajaran ataupun dalam menjalani
kehidupannya sehari-hari.
Hypnoteaching
lebih banyak mengambil peranan pikiran bawah sadar. Frekuensi gelombang otak
yang dipakai adalah alpha dan theta yang akan memproduksi hormone serotonin
dan endorfin. Otak akan mengeluarkan hormone melatonin, catecholamine
dan arginine-vasopressin yang menyebabkan seseorang merasa nyaman,
pikiran-nya sangat hening dan khusyuk, hatinya merasa tenang, serta bahagia
dalam hidupnya. Inilah manfaat lain dari hypnoteaching pada otak,
perasaan, serta kesehatan badan sehingga anak atau siswa akan lebih fokus dalam
menjalani serangkaian proses kegiatan belajar mengajar, sehingga informasi dan
setiap ilmu pengetahuan yang diberikan dapat dengan mudah diterima serta
mempengaruhi sikap dan prilakunya. Karena pula, anak pada kondisi ini
menganggap pembelajaran yang dilakukannya bukanlah hal yang menakutkan dan
membosankan. Sebagaimana ungkapan Freud bahwa pikiran yang keluar masuk antara
alam sadar dan alam bawah sadar, umumnya adalah pikiran-pikiran yang bebas dari
kecemasan.6
Aplikasi
hypnosis dalam dunia pendidikan atau proses pembelajaran bukan berarti
anak ditidurkan atau dibuat tertidur didalam kelas, melainkan membuat suasana
akrab dengan menurunkan satu gelombang, artinya ketika menginginkan kelas
tenang maka terlebih dahulu seorang seorang guru harus mampu bersikap tenang
dan mengendalikan diri dalam menghadapi apapun, termasuk siswanya yang sedang
gaduh atau nakal. Contoh lebih jelasnya adalah seperti ini: “Suatu ketika, anda
kedatangan seorang sales barang-barang kebutuhan rumah tangga. Saat itu anda
tidak mau membeli karena alasan keuangan atau kebutuhan lainnya. Namun, karena
keahlian sang sales dalam mengolah bahasa, maka anda yang tadinya tidak mau
membeli akhirnya membeli juga”. Itulah bahasa komunikasi hypnosis yang
menggunakan inti komunikasi dan sugesti. Tarik minat dan perhatian siswa dengan
bahasa komunikasi yang persuasive yang lembut, halus dan mengena atau
kalau perlu gunakan bahasa –bahasa gaul yang sedang trend dikalangan
remaja atau siswa yang dihadapi. Setelah itu, masukkan-lah sugesti-sugesti positif
konstruktif pada diri siswa seperti kata-kata motivasi. Dengan demikian
anda sudah dapat melakukan hypnosis dalam pembelajaran yang dilakukan.
Beberapa Manfaat Hypnoteaching yaitu:
1. Membantu anak didalam memahami suatu mata
pelajaran.
2. Mengatasi kebosanan anak tanpa sebab yang
jelas pada waktu belajar.
3. Menumbuhkan motivasi anak didalam belajar.
4. Meningkatkan daya tahan dan tetap fokus
pada pelajaran.
5. Mengajarkan anak untuk tidak mudah putus
asa bila menemui hambatan.
6. Mengatasi kurangnya konsentrasi anak pada
suatu mata pelajaran.
7. Untuk guru, membantu kesulitan guru didalam
memahami karakteristik belajar anak, dan
8. Membantu mengatasi kebosanan dan hambatan
didalam mengajar.
Hypnoteaching adalah penggabungan antara Quantum Learning dan Accelereted
Learning. Quantum Learning yang dipelopori oleh eksperimen
Dr. Georgi Lozanov dari Bulgaria adalah berkutat pada persoalan ”Suggestology”
atau ”Suggestopedia”. Prinsip dari eksperimen ini adalah bahwa
sugesti dapat mempengaruhi hasil
belajar. Dan setiap detail apapun dapat memberikan sugesti yang positif
maupun negatif. Beberapa teknik yang digunakan untuk memberikan sugesti adalah
mendudukan siswa pada kondisi yang nyaman, memasang musik latar pada kelas,
meningkatkan partisipatif individu, menggunakan poster dan menyediakan guru
yang terlatih dalam seni sugestif. Sedangkan Accelerated Learning diartikan
sebagai aktivitas yang memungkinkan siswa untuk belajar dengan kecepatan yang
mengesankan, dengan upaya yang normal, dan dibarengi kegembiraan. Cara ini
menyatukan unsur-unsur permainan, warna, cara berpikir positif, kebugaran dan
kesehatan emosional. Semua unsur tersebut saling bekerja sama untuk
menghasilkan pengalaman belajar yang efektif.7 Baik dalam Quantum
Learning maupun Akselerasi Learning kunci utama keberhasilannya
adalah pada permainan sugesti dan berpikir positif dan kesemuanya merupakan
bagian dari NLP (Neuro Linguistic Programming) yang merupakan sebuah
penemuan (Sains, Studi, Proses, Aplikasi, Model, Sistem, atau Pembelajaran)
yang baru dibidang revolusi otak manusia.
Kelebihan dan Kekurangan metode Hypnoteaching:
a) Kelebihan
1) Setiap siswa menjadi siap semua dalam
belajar
2) Siswa menjadi relaks dan santai dalam
melakukan KBM
3) Siswa jadi lebih aktif dalam mengemukakan
pendapat dan pertanyaan.
b) Kekurangan
1) Tidak bisa berdiri sendiri, artinya
memerlukan metode pendukung seperti metode demonstrasi, PAIKEM dan sebagainya.
Pembelajaran PAI di kelas XII IPA-I Sekolah Menengah Atas
Pembahasan materi PAI dikelas XII
IPA-1 mencakup materi tentang: Anjuran bertoleransi, etos kerja, iman kepada
hari akhir, perilaku yang terpuji, munakahat, perkembangan islam di Indonesia,
perkembangan IPTEK dalam Islam, iman kepada Qadha dan Qadar, persatuan dan
kerukunan, perilaku-perilaku tercela, ilmu mawarits, perkembangan Islam di
dunia.
Etos
Kerja
Etos berasal dari bahasa yunani (ethos)
yang memberikan arti sikap, kepribadian, watak, karakter, serta keyakinan
atas sesuatu. Sikap ini tidak saja dimiliki oleh individu, tetapi juga oleh
kelompok bahkan masyarakat.
Etos
dibentuk oleh berbagai kebiasaan, pengaruh budaya, serta sistem nilai yang
diyakininya. Dari kata etos ini dikenal pula kata etika, etiket yang
hampir mendekati pada pengertian akhlak atau nilai-nilai yang berkaitan dengan
baik buruk (moral), sehingga dalam etos tersebut terkandung gairah atau
semangat yang amat kuat untuk menyempurnakan sesuatu secara optimal, lebih
baik, dan bahkan berupaya untuk mencapai kualitas kerja yang sesempurna
mungkin.8 Pembahasan etos kerja pada kelas XII SMA Negeri berkutat
pada al-Qur’an Surat Al-Mujadillah ayat
11 dan QS. Al-Jumu’ah ayat 9-10.
Metode
Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah PTK, dan
diambil PTK Model Kurt Lewin menjadi acuan pokok atau menjadi kerangka dasar
dari adanya berbagai model PTK yang lain, khususnya PTK.9 Model ini terdiri atas empat komponen ,
yaitu Perencanaan, tindakan, pengamatan dan refleksi.
a). Rencana : Rencana tindakan apa yang akan dilakukan untuk memperbaiki, meningkatkan atau mengubah perilaku dan
sikap sebagai solusi.
b).
Tindakan : Apa yang dilakukan
oleh guru atau peneliti sebagai upaya perbaikan, peningkatan atau pengubahan yang
diinginkan.
c). Observasi
: Mengamati atas hasil atau dampak dari
tindakan yang dilaksanakan atau
dikenakan terhadap siswa.
d). Refleksi :
Peneliti mengkaji, melihat dan mempertimbangkan atas hasil dan dampak dari tindakan berbagai
kriteria. Berdasarkan hasil refleksi ini, peneliti bersama-sama guru dapat
melakukan revisi perbaikan terhadap rencana awal.10
![]() |
Model Kemis dan Mc.Taggart
Berdasarkan
beberapa desain model PTK di atas, selanjutnya dapat diketahui bahwa desain
yang paling mudah dipahami dan dilaksanakan untuk PTK yaitu desain Kurt Lewin
dan model Kemmis dan Mc Taggart. Oleh karena itu, dalam penelitian tindakan kelas
ini digunakan model Kemmis dan Mc Taggart yang mudah dijalankan dan dapat
digunakan untuk memperbaiki atau mengatasi permasalahan yang ada di kelas.
Selain itu, PTK dengan model ini dapat memperbaiki kinerja guru dan dapat
meningkatkan kualitas pembelajaran. Tempat dalam penelitian ini adalah SMAN 02
Serang-Banten Kelas XII IPA-1. Penelitian dilaksanakan pada semester genap
tahun pelajaran 2012/2013. Berjumlah 44 orang, yang terdiri dari 22 laki-laki
dan 22 perempuan.
Instrumen
Penelitian
Instrumen yang akan dilakukan dalam
penelitian ini yaitu:
Untuk mengumpulkan data-data yang di perlukan dalam penelitian
digunakan beberapa teknik yaitu :
1. Observasi
Observasi atau pengamatan adalah suatu teknik yang dilakukan
dengan cara mengadakan pengamatan secara sistematis.11
2. Catatan Lapangan
Catatan lapangan adalah catatan tertulis tentang apa yang
terdengar, dilihat dan di pikirkan oleh peneliti dan observasi dalam rangka
pengumpulan data dan refleksi terhadap data dalam penelitian.
3. Wawancara
Metode ini dilaksanakan melalui percakapan antara peneliti
dengan siswa, untuk mengetahui pendapat mengenai pembelajaran pendidikan Agama
Islam (PAI) pada materi etos kerja dengan metode Hypnoteaching.
4. Dokumentasi
Teknik ini digunakan untuk menghasilkan data deskripsi yang
cukup berharga dan digunakan untuk menelaah segi-segi subyektif yang hasilnya
dianalisis secara induktif. Pengambilan foto pada saat penelitian dengan
keadaan yang tidak dibuat-buat dan kerelaan subyektif untuk di foto.
Pengambilan gambar di dalam kelas baik melalui foto dilakukan oleh peneliti
yang di bantu orang lain.
5. Tes
Tes adalah latihan yang digunakan untuk mengukur keterampilan,
pengetahuan, intelegensi, kemampuan, atau bakat yang di miliki oleh individu
atau kelompok.12
Teknik
Pengolahan Data
Pengumpulan data dilakukan pada setiap
aktivitas siswa dan situasi yang berkaitan dengan tindakan penelitian. Data ini
diperoleh dari hasil tes dan observasi. Data yang telah dikumpulkan menjadi acuan
dalam melaksanakan analisis data yang diperoleh dari pokok bahasan operasi
hitung perkalian bilangan bulat positif. Data yang berhasil dikumpulkan dari
penelitian terdiri dari:
1. Data tentang hasil belajar secara
kuantitatif
2. Data tentang peningkatan hasil belajar
siswa dengan cara membandingkan nilai rata rata kelas pada setiap tindakan.
Analisa
Data
Menganalisis data berupa tes hasil belajar
siswa dari setiap siklus untuk mengetahui keberhasilan penelitian yang
dilakukan. Untuk mengetahui ketuntasan
belajar siswa (individual) dapat dihitung menggunakan persamaan sebagai
berikut.
KK = Banyaknya siswa yang tuntas x 100
Seluruh siswa
Setiap siswa
dikatakan tuntas belajarnya (ketuntasan individu) jika proporsi jawaban benar
siswa > 60%, dan suatu kelas dikatakan tuntas belajarnya (ketuntasan
klasikal) jika dalam kelas tersebut terdapat
> 85%.13
Hasil Penelitian dan Pembahasan
A. Hasil Penelitian
1. Pra Siklus
Hasil belajar siswa pada tahap pra
siklus dapat dilihat pada tabel
Nilai
Rata-Rata = 

Persentase
Ketuntasan = 

Presentase Ketidak Tuntasan = 

Berdasarkan data nilai diatas, nilai rata-rata kelas XII IPA-1
pada pra siklus sebelum menggunakan metode Hypnoteaching adalah 46,93,
persentase ketuntasan siswa 13,63 %, dan persentase ketidak tuntasan siswa
sebesar 86,36 %. Dalam hal ini berarti hasil nilai rata-rata siswa pada pra
siklus masih rendah dan di bawah standar
ketuntasan.
2. Siklus I
Nilai
Rata-Rata = 

Persentase
Ketuntasan =

Presentase
Ketidak Tuntasan =

Berdasarkan data nilai diatas, nilai rata-rata kelas XII IPA-1
pada siklus 1 sesudah menggunakan metode hypnoteaching adalah 76,25, persentase
ketuntasan siswa 54,54%, dan persentase ketidak tuntasan siswa sebesar 45,45%.
Nilai rata-rata siklus I lebih baik dibandingkan dengan nilai rata-rata pra
siklus, tetapi masih dibawah standar ketuntasan. Hal tersebut disebabkan karena
siswa belum terbiasa menggunakan metode pembelajaran hypnoteaching.
3. Siklus II
Nilai Rata-Rata =

Persentase Ketuntasan =

Presentase Ketidak Tuntasan =

Berdasarkan data nilai diatas, nilai rata-rata kelas XII IPA-1
pada siklus II sesudah menggunakan metode hypnoteaching adalah 89,81,
persentase ketuntasan siswa 97,72%, dan persentase ketidak tuntasan siswa
sebesar 2,27%. Nilai rata-rata siklus II lebih baik dibandingkan dengan nilai
rata-rata siklus I. Dalam siklus ini nilai rata-rata sudah di atas standar
ketuntasan.
Berikut ini akan disajikan peningkatan kegiatan pembelajaran
yang telah dilakukan baik yang berkaitan dengan hasil belajar siswa, jumlah
siswa tuntas dan siswa tidak tuntas dalam grafik :

Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis, temuan, dan pembahasan yang
diuraikan pada bab IV tentang hasil
belajar siswa pada materi etos kerja dengan menggunakan metode Hypnoteaching,
diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
Penelitian yang telah dilakukan di kelas XII IPA-1 SMA Negeri
02 Kota Serang Kecamatan Cipocok Kabupaten serang siswa mulai dari pra siklus
sampai dengan siklus II mengalami peningkatan dengan persentasi pada setiap siklusnya
adalah: pra siklus nilai rata-rata siswa 46,93, pada siklus I nilai rata-rata
siswa 76,25, dan pada siklus II nilai rata-rata siswa mencapai 89,81.
Berdasarkan kenyataan di atas menunjukan adanya peningkatan
hasil belajar siswa dengan perolehan nilai yang berbeda pada setiap siklusnya.
Hal ini menunjukan bahwa penelitian ini berhasil dilakukan.
[1]Catatan Akhir
2 Dosen Fakultas Tarbiyah dan Keguruan IAIN
SMH Banten
3 Gina
Nurrahmah, “Efektifitas Penggunaan Metode Pembelajaran dengan Kesulitan Belajar Siswa,”
interview by Eliyanti Fauziah, Voice Recorder (Hand Phone), (Senin : 27
Agustus 2012)
4
Muhammad Noer, Hypnoteaching For Success Learning, (Yogyakarta:
Pedagogia, 2010), h. 118
5 Ibnu
Hajar, Hypnoteaching: Memaksimalkan Hasil Proses Belajar-Mengajar dengan
Hipnoterapy,(Yogyakarta: Diva Press,2011),h. 75
6
Hendriatno, Teori Kepribadian: Theories of Personality, (Jakarta Salemba Humanika, 2011), edisi-7,h. 29.
7 Ilham
Mustofa, Hypnosis; Quantum Learning dan Accelereted Learning. (Modul
Materi yang disajikan dalam seminar Pendidikan pada LDKS days “Strategi
Hypnoteaching dan Psikologi dalam Pendidikan Berkarakter”, 2012), h. 5
8 http://www.refrensimakalah.com/2012/09/pengertian-etos-kerja.html. Di unduh hari minggu tanggal 17 maret 2013 pukul 15:38
Wib.
9 Achmad
Hufad. Penelitian Tindakan Kelas. (Jakarta: Direktorat Jendral
Pendidikan Islam Depertemen Agama Republik Indonesia. 2009) h. 125
10
Ibid h.
135
11
Darwyn Syah, Pengembangan Sistem Evaluasi Pendidikan Agama Islam,
(Jakarta:Uin Jakarta Press, 2006) h.13
12
M. Subana, Statistik Pendidikan, (Bandung : Pustaka Setia, 2005) h. 28
13
Trianto. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif.
(Jakarta: Prenada Media Group. 2009) h. 241
DAFTAR PUSTAKA
Hajar,Ibnu, Hypnoteaching; Memaksimalkan Hasil Proses Belajar-Mengajar
dengan Hipnoterapy, Yogyakarta : Diva Press,2011.
Hendriatno, Teori Kepribadian: Theories
of Personality, edisi ke-7.Jakarta
Salemba Humanika ,2011.
Hufad, Achmad, Penelitian Tindakan
Kelas. (Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Islam Depertemen Agama
Republik Indonesia. 2009) h. 125
Mustofa, Ilham, Hypnosis; Quantum
Learning dan Accelereted Learning. (Modul Materi yang disajikan dalam
seminar Pendidikan pada LDKS days “Strategi Hypnoteaching dan Psikologi
dalam Pendidikan Berkarakter”, 2012).
Noer, Muhammad, Hypnoteaching For
Success Learning, Yogyakarta: Pedagogia, 2010.
Subana, M, Statistik Pendidikan,
Bandung : Pustaka Setia, 2005
Syah, Darwyan, Pengembangan Sistem
Evaluasi Pendidikan Agama Islam, Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006.
Trianto,
Mendesain Model Pembelajaran
Inovatif-Progresif, Jakarta: Prenada Media Group, 2009
www.Google.com. Definisi Etos Kerja. diunduh hari senin tanggal 29
Agustus 2012 pukul 13.00 wib.
www.refrensimakalah.com/2012/09/pengertian-etos-kerja.html. Di unduh hari minggu tanggal 17 maret 2013 pukul 15:38
Wib.
MAKASIH
ReplyDelete