FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

Pages

Monday, March 9, 2015

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN PAI MATERI ETOS KERJA MELALUI METODE HYPNOTEACHING

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN PAI MATERI ETOS KERJA MELALUI METODE HYPNOTEACHING

Oleh:
Eliyanti Fauziah1 dan Fitri Hilmiyati2

Abstraksi

Guru PAI sebagai seorang pendidik profesional harus terus berupaya keras agar pembelajaran dikelas dapat berjalan dengan aktif.  Guru dalam setiap pembelajaranya dituntut untuk selalu menggunakan berbagai metode, strategi, dan pendekatan yang diharapkan dapat memudahkan siswa dalam memahami materi yang sedang diajarkan. Salah satu metode yang bisa dipakai oleh guru adalah metode Hypnoteaching. Hypnoteaching merupakan sebuah pendekatan pembelajaran yang mengkondisikan siswa agar masuk ke dalam pikiran alfa, Sehingga setiap informasi yang diberikan, bisa dengan mudah masuk ke dalam memori jangka panjang mereka, tanpa adanya distorsi dari pikiran-pikiran lain yang membebaninya.
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah : Untuk mengetahui hasil belajar siswa pada Materi Etos Kerja di Kelas XII IPA-1 SMA Negeri 02 Kota Serang dengan penerapan/penggunaan metode Hypnoteaching. Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau Classroom Action Research (CAR). Penelitian Tindakan Kelas ini didefinisikan sebagai suatu penelitian tindakan  (action research) yang dilakukan oleh guru yang sekaligus sebagai peneliti di kelasnya bersama-sama dengan orang lain (kolaborasi) dengan jalan merancang, melaksanakan dan mereflesikan tindakan secara kolaboratif dan partisifatif.
            Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini adalah: berdasarkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran PAI materi etos kerja dengan ketuntasan hasil belajar siswa pada pelaksanaan evaluasi siklus I dengan nilai rata-rata sebesar (76,25)  dan tahap evaluasi siklus II dengan nilai rata-rata sebesar (89,81) Dengan demikian proses pembelajaran selama menggunakan metode Hypnoteaching dapat meningkatkan hasil belajar siswa.   
    
Kata Kunci : Metode Hypnoteaching, Etos Kerja, Hasil Belajar Siswa


Pendahuluan
Hasil belajar yang biasanya sering diartikan dengan prestasi belajar adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dihasilkan oleh siswa setelah proses pembelajaran berlangsung. Wujud prestasi yang dihasilkan bisa bersifat kognitif, afektif dan psikomotorik. Hasil belajar ini dapat didapatkan dari hasil evaluasi atau test. Bentuk evaluasi terdiri dari formatif, sumatif, selektif, dan diagnosis.
            Pada nilai kognitif hasil belajar siswa di kelas XII IPA-1 SMA Negeri 02 kota Serang, menyatakan bahwa pelajaran Pendidikan Agama Islam pokok bahasan yang dianggap sulit untuk dipahami secara lebih baik oleh siswa adalah  materi etos kerja.
            Berdasarkan hasil observasi dan wawancara peneliti pada tanggal 27 Agustus 2012 di SMA Negeri 02 Kota Serang peneliti memperoleh informasi bahwa masih ada siswa yang merasa kesulitan dalam memahami pokok bahasan etos kerja. Hal ini dikarenakan penyampaian materi yang hanya berkutat pada pembahasan hukum tajwid dan menafsirkan ayat-ayat yang berkaitan tentang etos kerja, tanpa mengulas lebih jauh maksud dan kandungan etos kerja yang dianjurkan dalam ajaran Islam serta cara mengajar guru yang menggunakan metode ceramah artinya semua masih berpusat pada guru atau guru kurang melibatkan siswa dalam proses pembelajaran, sudah dapat dipastikan kurang adanya tanya jawab yang berarti dalam proses pembelajaran.
            Dengan demikian, karena dua hal inilah masih ada siswa yang hasil belajarnya kurang dari rata-rata angka Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) yang ditentukan pada mata pelajaran PAI yaitu 78. Oleh karena itu, dengan adanya penerapan metode hypnoteaching peneliti berharap akan adanya peningkatan pada hasil belajar siswa yaitu sampai atau bahkan diatas nilai rata-rata KKM yang telah ditentukan pada mata pelajaran PAI ini.3 Berdasarkan permasalahan tersebut diketahui bahwa:
1. Penyampaian pokok bahasan etos kerja dengan metode ceramah berpusat pada guru atau guru kurang melibatkan siswa dalam proses pembelajaran.
2. Rendahnya hasil belajar siswa pada pokok bahasan etos kerja.



Metode Hypnoteaching
              Hypnoteaching berasal dari dua kata, yaitu hypno dan teaching. Elvin Saputra dalam kamus lengkap 99 miliar Inggris-Indonesia menulis kata hypnotic dimaknakan sebagai hal yang menyebabkan tidur, dan hipnotis berarati ahli hypnosis, sementara teaching bermakna mengajar. Dengan pengertian ini, hypnoteaching berarti mengajar yang menyebabkan tidur.4 Bila pengertian ini dipakai maka hypnoteaaching dianggap tidak berguna dalam mendukung proses belajar-mengajar. Oleh karena itu ditentang oleh pendapat dari Heriyanto Nurcahyo yang mengemukakan bahwa hypnoteaching adalah seni berkomunikasi dengan jalan memberikan sugesti agar para siswa menjadi lebih cerdas.5 Dengan sugesti yang diberikan diharapkan suyet atau siswa dapat tersadarkan bahwa sesungguhnya ada potensi yang luar biasa di dalam diri mereka yang belum mereka optimalkan dalam pembelajaran ataupun dalam menjalani kehidupannya sehari-hari.
Hypnoteaching lebih banyak mengambil peranan pikiran bawah sadar. Frekuensi gelombang otak yang dipakai adalah alpha dan theta yang akan memproduksi hormone serotonin dan endorfin. Otak akan mengeluarkan hormone melatonin, catecholamine dan arginine-vasopressin yang menyebabkan seseorang merasa nyaman, pikiran-nya sangat hening dan khusyuk, hatinya merasa tenang, serta bahagia dalam hidupnya. Inilah manfaat lain dari hypnoteaching pada otak, perasaan, serta kesehatan badan sehingga anak atau siswa akan lebih fokus dalam menjalani serangkaian proses kegiatan belajar mengajar, sehingga informasi dan setiap ilmu pengetahuan yang diberikan dapat dengan mudah diterima serta mempengaruhi sikap dan prilakunya. Karena pula, anak pada kondisi ini menganggap pembelajaran yang dilakukannya bukanlah hal yang menakutkan dan membosankan. Sebagaimana ungkapan Freud bahwa pikiran yang keluar masuk antara alam sadar dan alam bawah sadar, umumnya adalah pikiran-pikiran yang bebas dari kecemasan.6
Aplikasi hypnosis dalam dunia pendidikan atau proses pembelajaran bukan berarti anak ditidurkan atau dibuat tertidur didalam kelas, melainkan membuat suasana akrab dengan menurunkan satu gelombang, artinya ketika menginginkan kelas tenang maka terlebih dahulu seorang seorang guru harus mampu bersikap tenang dan mengendalikan diri dalam menghadapi apapun, termasuk siswanya yang sedang gaduh atau nakal. Contoh lebih jelasnya adalah seperti ini: “Suatu ketika, anda kedatangan seorang sales barang-barang kebutuhan rumah tangga. Saat itu anda tidak mau membeli karena alasan keuangan atau kebutuhan lainnya. Namun, karena keahlian sang sales dalam mengolah bahasa, maka anda yang tadinya tidak mau membeli akhirnya membeli juga”. Itulah bahasa komunikasi hypnosis yang menggunakan inti komunikasi dan sugesti. Tarik minat dan perhatian siswa dengan bahasa komunikasi yang persuasive yang lembut, halus dan mengena atau kalau perlu gunakan bahasa –bahasa gaul yang sedang trend dikalangan remaja atau siswa yang dihadapi. Setelah itu, masukkan-lah sugesti-sugesti positif konstruktif pada diri siswa seperti kata-kata motivasi. Dengan demikian anda sudah dapat melakukan hypnosis dalam pembelajaran yang dilakukan. Beberapa Manfaat Hypnoteaching yaitu:
1.    Membantu anak didalam memahami suatu mata pelajaran.
2.    Mengatasi kebosanan anak tanpa sebab yang jelas pada waktu belajar.
3.    Menumbuhkan motivasi anak didalam belajar.
4.    Meningkatkan daya tahan dan tetap fokus pada pelajaran.
5.    Mengajarkan anak untuk tidak mudah putus asa bila menemui hambatan.
6.    Mengatasi kurangnya konsentrasi anak pada suatu mata pelajaran.
7.     Untuk guru, membantu kesulitan guru didalam memahami karakteristik belajar anak, dan
8.    Membantu mengatasi kebosanan dan hambatan didalam mengajar.

              Hypnoteaching adalah penggabungan antara Quantum Learning dan Accelereted Learning. Quantum Learning yang dipelopori oleh eksperimen Dr. Georgi Lozanov dari Bulgaria adalah berkutat pada persoalan ”Suggestology” atau ”Suggestopedia”. Prinsip dari eksperimen ini adalah bahwa sugesti dapat  mempengaruhi hasil belajar. Dan setiap detail apapun dapat memberikan sugesti yang positif maupun negatif. Beberapa teknik yang digunakan untuk memberikan sugesti adalah mendudukan siswa pada kondisi yang nyaman, memasang musik latar pada kelas, meningkatkan partisipatif individu, menggunakan poster dan menyediakan guru yang terlatih dalam seni sugestif. Sedangkan Accelerated Learning diartikan sebagai aktivitas yang memungkinkan siswa untuk belajar dengan kecepatan yang mengesankan, dengan upaya yang normal, dan dibarengi kegembiraan. Cara ini menyatukan unsur-unsur permainan, warna, cara berpikir positif, kebugaran dan kesehatan emosional. Semua unsur tersebut saling bekerja sama untuk menghasilkan pengalaman belajar yang efektif.7 Baik dalam Quantum Learning maupun Akselerasi Learning kunci utama keberhasilannya adalah pada permainan sugesti dan berpikir positif dan kesemuanya merupakan bagian dari NLP (Neuro Linguistic Programming) yang merupakan sebuah penemuan (Sains, Studi, Proses, Aplikasi, Model, Sistem, atau Pembelajaran) yang baru dibidang revolusi otak manusia.
Kelebihan dan Kekurangan metode Hypnoteaching:
a)      Kelebihan
1)      Setiap siswa menjadi siap semua dalam belajar
2)      Siswa menjadi relaks dan santai dalam melakukan KBM
3)      Siswa jadi lebih aktif dalam mengemukakan pendapat dan pertanyaan.
b)     Kekurangan
1)      Tidak bisa berdiri sendiri, artinya memerlukan metode pendukung seperti metode demonstrasi, PAIKEM dan sebagainya.
Pembelajaran PAI di kelas XII IPA-I Sekolah Menengah Atas
            Pembahasan materi PAI dikelas XII IPA-1 mencakup materi tentang: Anjuran bertoleransi, etos kerja, iman kepada hari akhir, perilaku yang terpuji, munakahat, perkembangan islam di Indonesia, perkembangan IPTEK dalam Islam, iman kepada Qadha dan Qadar, persatuan dan kerukunan, perilaku-perilaku tercela, ilmu mawarits, perkembangan Islam di dunia.
Etos Kerja
            Etos berasal dari bahasa yunani (ethos) yang memberikan arti sikap, kepribadian, watak, karakter, serta keyakinan atas sesuatu. Sikap ini tidak saja dimiliki oleh individu, tetapi juga oleh kelompok bahkan masyarakat.
            Etos dibentuk oleh berbagai kebiasaan, pengaruh budaya, serta sistem nilai yang diyakininya. Dari kata etos ini dikenal pula kata etika, etiket yang hampir mendekati pada pengertian akhlak atau nilai-nilai yang berkaitan dengan baik buruk (moral), sehingga dalam etos tersebut terkandung gairah atau semangat yang amat kuat untuk menyempurnakan sesuatu secara optimal, lebih baik, dan bahkan berupaya untuk mencapai kualitas kerja yang sesempurna mungkin.8 Pembahasan etos kerja pada kelas XII SMA Negeri berkutat pada  al-Qur’an Surat Al-Mujadillah ayat 11 dan QS. Al-Jumu’ah ayat 9-10.
Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah PTK, dan diambil PTK Model Kurt Lewin menjadi acuan pokok atau menjadi kerangka dasar dari adanya berbagai model PTK yang lain, khususnya PTK.9   Model ini terdiri atas empat komponen , yaitu Perencanaan, tindakan, pengamatan dan refleksi.
a). Rencana             : Rencana tindakan apa yang akan dilakukan untuk memperbaiki,      meningkatkan atau mengubah perilaku dan sikap sebagai solusi.
b). Tindakan           : Apa yang dilakukan oleh guru atau peneliti sebagai upaya perbaikan,    peningkatan atau pengubahan yang diinginkan.
c).  Observasi        : Mengamati atas hasil atau dampak dari tindakan yang dilaksanakan atau   dikenakan terhadap siswa.
d). Refleksi             : Peneliti mengkaji, melihat dan mempertimbangkan atas hasil       dan dampak dari tindakan berbagai kriteria. Berdasarkan hasil refleksi ini, peneliti bersama-sama guru dapat melakukan revisi perbaikan terhadap rencana awal.10
 

















Model Kemis dan Mc.Taggart

            Berdasarkan beberapa desain model PTK di atas, selanjutnya dapat diketahui bahwa desain yang paling mudah dipahami dan dilaksanakan untuk PTK yaitu desain Kurt Lewin dan model Kemmis dan Mc Taggart. Oleh karena itu, dalam penelitian tindakan kelas ini digunakan model Kemmis dan Mc Taggart yang mudah dijalankan dan dapat digunakan untuk memperbaiki atau mengatasi permasalahan yang ada di kelas. Selain itu, PTK dengan model ini dapat memperbaiki kinerja guru dan dapat meningkatkan kualitas pembelajaran. Tempat dalam penelitian ini adalah SMAN 02 Serang-Banten Kelas XII IPA-1. Penelitian dilaksanakan pada semester genap tahun pelajaran 2012/2013. Berjumlah 44 orang, yang terdiri dari 22 laki-laki dan 22 perempuan.

Instrumen Penelitian
Instrumen yang akan dilakukan dalam penelitian ini yaitu:
Untuk mengumpulkan data-data yang di perlukan dalam penelitian digunakan beberapa teknik yaitu :
1.    Observasi
Observasi atau pengamatan adalah suatu teknik yang dilakukan dengan cara mengadakan pengamatan secara sistematis.11
2.    Catatan Lapangan
Catatan lapangan adalah catatan tertulis tentang apa yang terdengar, dilihat dan di pikirkan oleh peneliti dan observasi dalam rangka pengumpulan data dan refleksi terhadap data dalam penelitian.
3.    Wawancara
Metode ini dilaksanakan melalui percakapan antara peneliti dengan siswa, untuk mengetahui pendapat mengenai pembelajaran pendidikan Agama Islam (PAI) pada materi etos kerja dengan metode Hypnoteaching.
4.    Dokumentasi
Teknik ini digunakan untuk menghasilkan data deskripsi yang cukup berharga dan digunakan untuk menelaah segi-segi subyektif yang hasilnya dianalisis secara induktif. Pengambilan foto pada saat penelitian dengan keadaan yang tidak dibuat-buat dan kerelaan subyektif untuk di foto. Pengambilan gambar di dalam kelas baik melalui foto dilakukan oleh peneliti yang di bantu orang lain.


5.    Tes
Tes adalah latihan yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan, intelegensi, kemampuan, atau bakat yang di miliki oleh individu atau kelompok.12

Teknik Pengolahan Data
Pengumpulan data dilakukan pada setiap aktivitas siswa dan situasi yang berkaitan dengan tindakan penelitian. Data ini diperoleh dari hasil tes dan observasi. Data yang telah dikumpulkan menjadi acuan dalam melaksanakan analisis data yang diperoleh dari pokok bahasan operasi hitung perkalian bilangan bulat positif. Data yang berhasil dikumpulkan dari penelitian terdiri dari:
1.    Data tentang hasil belajar secara kuantitatif
2.    Data tentang peningkatan hasil belajar siswa dengan cara membandingkan nilai rata rata kelas pada setiap tindakan.

Analisa Data
Menganalisis data berupa tes hasil belajar siswa dari setiap siklus untuk mengetahui keberhasilan penelitian yang dilakukan. Untuk mengetahui ketuntasan  belajar siswa (individual) dapat dihitung menggunakan persamaan sebagai berikut.
KK = Banyaknya siswa yang tuntas  x  100
                            Seluruh siswa
      Setiap siswa dikatakan tuntas belajarnya (ketuntasan individu) jika proporsi jawaban benar siswa > 60%, dan suatu kelas dikatakan tuntas belajarnya (ketuntasan klasikal) jika dalam kelas tersebut terdapat  >  85%.13

Hasil Penelitian dan Pembahasan
 A. Hasil Penelitian
1.      Pra Siklus
            Hasil belajar siswa pada tahap pra siklus dapat dilihat pada tabel
Nilai Rata-Rata =
Persentase Ketuntasan =
Presentase Ketidak Tuntasan =
Berdasarkan data nilai diatas, nilai rata-rata kelas XII IPA-1 pada pra siklus sebelum menggunakan metode Hypnoteaching adalah 46,93, persentase ketuntasan siswa 13,63 %, dan persentase ketidak tuntasan siswa sebesar 86,36 %. Dalam hal ini berarti hasil nilai rata-rata siswa pada pra siklus masih  rendah dan di bawah standar ketuntasan.
2.      Siklus I
Nilai Rata-Rata =
Persentase Ketuntasan =
Presentase Ketidak Tuntasan =
 
Berdasarkan data nilai diatas, nilai rata-rata kelas XII IPA-1 pada siklus 1 sesudah menggunakan metode hypnoteaching adalah 76,25, persentase ketuntasan siswa 54,54%, dan persentase ketidak tuntasan siswa sebesar 45,45%. Nilai rata-rata siklus I lebih baik dibandingkan dengan nilai rata-rata pra siklus, tetapi masih dibawah standar ketuntasan. Hal tersebut disebabkan karena siswa belum terbiasa menggunakan metode pembelajaran hypnoteaching.
3.      Siklus II
Nilai Rata-Rata =
 
Persentase Ketuntasan =
Presentase Ketidak Tuntasan =
Berdasarkan data nilai diatas, nilai rata-rata kelas XII IPA-1 pada siklus II sesudah menggunakan metode hypnoteaching adalah 89,81, persentase ketuntasan siswa 97,72%, dan persentase ketidak tuntasan siswa sebesar 2,27%. Nilai rata-rata siklus II lebih baik dibandingkan dengan nilai rata-rata siklus I. Dalam siklus ini nilai rata-rata sudah di atas standar ketuntasan.
Berikut ini akan disajikan peningkatan kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan baik yang berkaitan dengan hasil belajar siswa, jumlah siswa tuntas dan siswa tidak tuntas dalam grafik :


Kesimpulan












Berdasarkan hasil analisis, temuan, dan pembahasan yang diuraikan pada bab IV tentang  hasil belajar siswa pada materi etos kerja dengan menggunakan metode Hypnoteaching, diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
Penelitian yang telah dilakukan di kelas XII IPA-1 SMA Negeri 02 Kota Serang Kecamatan Cipocok Kabupaten serang siswa mulai dari pra siklus sampai dengan siklus II mengalami peningkatan dengan persentasi pada setiap siklusnya adalah: pra siklus nilai rata-rata siswa 46,93, pada siklus I nilai rata-rata siswa 76,25, dan pada siklus II nilai rata-rata siswa mencapai 89,81.
Berdasarkan kenyataan di atas menunjukan adanya peningkatan hasil belajar siswa dengan perolehan nilai yang berbeda pada setiap siklusnya. Hal ini menunjukan bahwa penelitian ini berhasil dilakukan.

[1]Catatan Akhir




1 Alumni Jurusan PAI IAIN SMH Banten
2 Dosen Fakultas Tarbiyah dan Keguruan IAIN SMH Banten
3 Gina Nurrahmah, “Efektifitas Penggunaan Metode Pembelajaran  dengan Kesulitan Belajar Siswa,” interview by Eliyanti Fauziah, Voice Recorder (Hand Phone), (Senin : 27 Agustus 2012)
4 Muhammad Noer, Hypnoteaching For Success Learning, (Yogyakarta: Pedagogia, 2010), h. 118
5 Ibnu Hajar, Hypnoteaching: Memaksimalkan Hasil Proses Belajar-Mengajar dengan Hipnoterapy,(Yogyakarta: Diva Press,2011),h. 75
6 Hendriatno, Teori Kepribadian: Theories of Personality, (Jakarta  Salemba Humanika, 2011), edisi-7,h. 29.
7 Ilham Mustofa, Hypnosis; Quantum Learning dan Accelereted Learning. (Modul Materi yang disajikan dalam seminar Pendidikan pada LDKS days “Strategi Hypnoteaching dan Psikologi dalam Pendidikan Berkarakter”, 2012), h. 5
8 http://www.refrensimakalah.com/2012/09/pengertian-etos-kerja.html. Di unduh hari minggu tanggal 17 maret 2013 pukul 15:38 Wib. 
9 Achmad Hufad. Penelitian Tindakan Kelas. (Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Islam Depertemen Agama Republik Indonesia. 2009)  h. 125
10 Ibid   h. 135
11 Darwyn Syah, Pengembangan Sistem Evaluasi Pendidikan Agama Islam, (Jakarta:Uin Jakarta Press, 2006)  h.13
12 M. Subana, Statistik Pendidikan, (Bandung : Pustaka Setia, 2005) h. 28
13 Trianto.  Mendesain  Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. (Jakarta: Prenada Media Group. 2009) h. 241



DAFTAR PUSTAKA

Hajar,Ibnu, Hypnoteaching;  Memaksimalkan Hasil Proses Belajar-Mengajar dengan Hipnoterapy, Yogyakarta : Diva Press,2011.
Hendriatno, Teori Kepribadian: Theories of Personality, edisi ke-7.Jakarta  Salemba Humanika ,2011.
Hufad, Achmad, Penelitian Tindakan Kelas. (Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Islam Depertemen Agama Republik Indonesia. 2009)  h. 125           
Mustofa, Ilham, Hypnosis; Quantum Learning dan Accelereted Learning. (Modul Materi yang disajikan dalam seminar Pendidikan pada LDKS days “Strategi Hypnoteaching dan Psikologi dalam Pendidikan Berkarakter”, 2012).
Noer, Muhammad, Hypnoteaching For Success Learning, Yogyakarta: Pedagogia, 2010.
Subana, M, Statistik Pendidikan, Bandung : Pustaka Setia, 2005
Syah, Darwyan, Pengembangan Sistem Evaluasi Pendidikan Agama Islam, Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006.
Trianto,  Mendesain  Model Pembelajaran Inovatif-Progresif, Jakarta: Prenada Media Group, 2009
www.Google.com. Definisi Etos Kerja. diunduh hari senin tanggal 29 Agustus 2012 pukul 13.00 wib.
www.refrensimakalah.com/2012/09/pengertian-etos-kerja.html. Di unduh hari minggu tanggal 17 maret 2013 pukul 15:38 Wib. 




















1 comments: